Monday, February 15, 2016

REFLEKSI CINTA


Bismillah... 


Mungkin cinta hanyalah persoalan rasa. Biasa saja sebagian orang menanggapinya, tapi banyak pula orang yang menganggap cinta sebagai sebuah kekuatan yang sangat besar pengaruhnya. Tapi mungkin pula hanyalah persoalan kondisi. Mungkin kekuatan cinta yang sesungguhnya bisa tercipta dari hubungan cinta antara seorang suami dan istrinya, ibu dan anaknya, ayah dan anaknya dan anak kepada kedua orang tuanya.

Aneh memang persoalan cinta ini. Di satu sisi ada orang yang benar-benar serius menanggapi cinta, tapi disisi lain ada pula orang yang hanya bermain-main dengan cinta. Khusus untuk hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan. Pun cinta menjadi banyak macamnya. Entahlah apa namanya, yang pasti seorang lelaki atau perempuan yang benar-benar mencintai kekasihnya, pasti akan mencurahkan segenap rasa cinta itu dengan sungguh-sungguh dan serius hingga dengan kesungguhan itu ia akan tetap mempertahankan sang kekasih apapun kondisinya, tapi bagi mereka yang tak bersungguh-sungguh atau hanya bermain-main saja dengan cintanya,  sudah pasti tak memiliki niat untuk mempertahankan kekasihnya atau bahkan justru tak puas hanya dengan satu wanita. Sehingga bagi penggiat cinta seperti ini, mereka dijuluki playboy atau playgirl.

Sejauh ini pun, selama dunia terkembang, persoalan cinta adalah persoalan yang tak pernah ada habisnya. Terlebih lagi, tak satupun makna yang benar-benar pasti akan cinta ini. Masing-masing orang memiliki pandangan tersendiri terhadap cinta. Hal itu lumrah, karena cinta memang hanyalah persoalan rasa. dan hanya akan menjadi tanda tanya besar dalam kehidupan.

Nach satu hal yang paling penting, terkait persoalan cinta. Tak muluk-muluk jawaban senior saya. “Apalah artinya rasa cinta tanpa sebuah refleksi”. Yach.. Refleksi akan cinta. Saya tersadar, mungkin sebab inilah yang menjadikan banyak orang gagal dalam dunia percintaannya. Ia gagal merefleksikan cintanya. Betapa banyak lelaki dan wanita yang harus kecewa, galau dsb, hanya karena ia tak mampu merefleksikan cinta itu. cinta hanya terpendam di dasar hati yang paling dalam. Mungkin refleksi yang dimaksud adalah sebuah pengungkapan yang tulus dari hati. Bukan sekedar harapan palsu atau istilahnya saat ini adalah PHP. Ataukah sebuah pembuktian. Yach refleksi mungkin bisa juga dimaksud sebagai pembuktian. Walau tanpa kata, kita pun mampu memperlihatkan bukti cinta kita. Misalnya dari gestur tubuh, tatapan mata dll. Ahhh… pelik benar perkara cinta ini.

Refleksi seperti apa yang pantas untuk membuktikan cinta yang seharusnya? Pertanyaan yang urung pula terjawabkan. Lalu apakah harus diam? Ahhh semakin rumit saja. Ada orang yang menggap mencintai dalam diam adalah sebuah jalan yang pantas untuk dilakukan. Lagi-lagi kesimpulan saya adalah kondisi, yach kondisi. Tergantung kondisi seperti apa yang tengah dialami. Kemungkinan orang yang mencintai dalam diam adalah orang yang mencintai seseorang yang telah memiliki pasangan hidupnya. Entah itu Istri atau hanya sekedar pacar, bisa jadi adalah orang yang tak mampu untuk mengungkapkan cintanya. Kondisi lain berbeda. Ada yang begitu menggebu-gebu mengungkapkan cintanya. Karena ia tahu bahwa yang ia cinta adalah orang yang masih single. Walaupun ada pula yang tak “tahu diri” mengungkapkan cinta dan berharap besar pada orang yang telah memiliki pasangan hidup, atau berharap besar pada orang yang tidak memiliki rasa padanya. Hahahahaha…… stress juga memikirkan cinta.

Jadi refleksi seperti apa yang dimaksud??? Sampai kemarin waktu saya masih polos-polosnya, hal ini menjadi hal yang sangat menyita perhatian. Tapi seiring berjalannya waktu, ada satu konsep yang kemudian coba untuk saya jalani dan saya rasa konsep ini sangat cocok bagi saya. Dan saya yakin akan cocok pula pada orang lain. Konsep seperti apakah gerangan? Tak sulit, sangat sederhana, hanya konsep kecintaan yang menitik beratkan pada kecintaan mutlak pada sang Ilahi (Mahabbah). Mencintai Allah dari segalanya yang ada dimuka bumi ini, mencinta apa yang Allah ciptakan karenaNya. Hanya itu? yach hanya itu. Apa mungkin? Yach sangat mungkin. Apa bisa? Yach sangat Bisa. Intinya adalah kemauan. Apakah mau atau tidak.

Mencintai Allah dari segalanya akan menentramkan hati. Tak seperti ketika kita mencintai manusia. Hal itu bisa saja mengecawakan. Tapi Allah. Allah tidak akan pernah mengecewakan hambaNya. Tanamkan keyakinan itu. 

Mencintai segala apa yang ada dimuka bumi ini karenaNya. Apa yang ada dilangit dan dibumi adalah semu. Semuanya hanya sementara yang Allah titipkan bagi manusia, dan semua adalah kepunyaan Allah. Jika Allah mengambilnya, maka hal itu adalah hal yang sangat wajar. dan jika keyakinan besar kita demikian, maka tak ada kekecewaan sedikitpun didalam hati. Sebab kita yakin ketika Allah mengambil sesuatu dari kita, maka Allah akan menggantikan sesuatu itu lebih baik dan lebih indah dari sebelumnya.

Konsep cinta inilah yang mungkin pantas untuk direfleksikan. Mencintai yang semu sekadarnya, seadanya, dan mencintai yang mutlak sepenuhnya. Wallaualam.

Fastabiqul Khairat.
Wassalam
Malam telah berlalu. Dan saat ini jari masih asyik menari-nari diatas keyboard.

Palopo, 00.28 Wita. 16 Februari 2016

Muh. Azka Al-Fatih

No comments:

Post a Comment