Sunday, January 24, 2016

Karena Merekapun Manusia



 “ dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Qs. 91: 7-10)


  
Bismillah…
Assalamualaikum Wr.Wb. 
Alhamdulillah… 

Setelah sekian lama akhirnya ada juga kesempatan untuk kembali mengisi blog ini. Blog tempat dimana saya terkadang berkeluh kesah dan tempat dimana saya bisa saling berbagi. sahabat-sahabatku, yang sempat membaca tulisan ini.

Sahabatku, tahukah kita bahwa semakin banyak kita menebar kebaikan, maka banyak pula kebaikan yang akan kita dapatkan. Kehidupan memang indah jika mampu dimaknai dengan sebaik mungkin. Itu tergantung setinggi apa tingkat kedewasaan kita dalam mengarungi dan memaknai setiap problematika hidup. Selain itu berpikir positif menjadi dasar dari segala ketentraman hati. Yach kira-kira seperti itulah prinsip banyak orang.

Dalam sebuah komunitas, katakanlah komunitas itu adalah komunitas yang melabeli dirinya dengan label dakwah, atau dalam kata lain, komunitas tersebut mejadikan Islam sebagai corak dalam setiap gerakannya. Hal ini menuntut setiap orang yang berada didalam komunitas tersebut untuk tetap menjaga prinsip-prinsip Islam dalam setiap langkah, tingkah laku serta segala aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tatkala satu diantara mereka (anggota komunitas) yang kemudian melakukan kesalahan yang fatal, maka akan banyak cemohan yang akan diterima oleh anggota komunitas tersebut. Itu disebabkan karena background yang melekat pada dirinya.

Memang pada dasarnya, tak sepantasnya untuk seorang yang bergelut dalam dunia dakwah lalu kemudian dengan sengaja melakukan kesalahan, hal ini disebut dengan orang yang fasik, terlebih lagi jika diketahui ternyata ia pernah melarang seseorang untuk melakukan sesuatu yang dipandang buruk lalu kemudian belakangan diketahui justru dia yang melakukannya. hal demikian sungguh sangat dibenci oleh Allah seperti yang tertera didalam Qs. As-Shaf: 2-3.

Namun, semua itu tergantung dari sudut pandang kita. Jika kita mampu memahaminya dengan baik. pelajaran yang paling berharga adalah tatkala kita mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Orang yang telah memilih jalan dakwah, adalah orang yang ingin terus memperbaiki diri, mereka bukanlah kumpulan orang-orang suci yang tak memiliki dosa. Mereka bukan malaikat yang tidak memiliki nafsu, dan mereka bukan pula hamba Tuhan yang ma’sum seperti layaknya kalangan Nabi dan Rasul. Tempatkan mereka pada posisi mereka yang sesungguhnya. Yakni manusia biasa yang juga tak luput dari khilaf serta dosa. Karena sesungguhnya, semakin tinggi tingkat iman seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat ujian yang akan ia lalui, dan Allah benar-benar telah berjanji akan hal itu.

Yang sepantasnya untuk kita lakukan adalah mengingatkan apabila satu diantara mereka telah berbuat dosa. Insya Allah jika ia sadar bahwa apa yang ia lakukan itu adalah satu kesalahan, maka ia akan bersegera untuk betaubat, namun jika ia telah dikuasai nafsu, maka sungguh ego akan benar-benar menguasai fikirannya. Tak ada satupun alasan untuk kita menghukumi seseorang atas kesalahannya. Tugas kita adalah menyampaikan dan memperingati akan kesalahan tersebut dan mengajak kembali pada kebaikan. Perkara ia mau sadar atau tidak, maka itu adalah hak Allah, itu adalah wilayah kekuasaan Allah, sebab Allahlah yang pantas untuk memberikan hidayah serta hukuman jika memang benar ia bersalah.

Allah itu maha adil saudaraku, terlebih lagi ia maha pemaaf. Jika kita berbuat dosa, bersegeralah memohon ampun dan kembali mensucikan diri, maka sungguh Allah akan benar-benar mengampuni kita. Tak ada dosa yang tak Allah ampunkan selama kita tidak mengingkariNya sebagai Tuhan pemilik tubuh ini. Percayalah, jangan ragu akan kekuasan Allah, sebab Allahlah yang kan mengatur hidup ini menjadi lebih indah seperti apa yang kita inginkan dan kita usahakan.

Fastabiqul Khairat.
Wassalam..
 
Muh Azka Al-Fatih