“ dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” (Qs. 91: 7-10)
Bismillah…
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah…
Setelah sekian lama akhirnya ada juga
kesempatan untuk kembali mengisi blog ini. Blog tempat dimana saya terkadang
berkeluh kesah dan tempat dimana saya bisa saling berbagi. sahabat-sahabatku,
yang sempat membaca tulisan ini.
Sahabatku, tahukah kita bahwa semakin
banyak kita menebar kebaikan, maka banyak pula kebaikan yang akan kita
dapatkan. Kehidupan memang indah jika mampu dimaknai dengan sebaik mungkin. Itu
tergantung setinggi apa tingkat kedewasaan kita dalam mengarungi dan memaknai
setiap problematika hidup. Selain itu berpikir positif menjadi dasar dari
segala ketentraman hati. Yach kira-kira seperti itulah prinsip banyak orang.
Dalam sebuah komunitas, katakanlah
komunitas itu adalah komunitas yang melabeli dirinya dengan label dakwah, atau
dalam kata lain, komunitas tersebut mejadikan Islam sebagai corak dalam setiap
gerakannya. Hal ini menuntut setiap orang yang berada didalam komunitas
tersebut untuk tetap menjaga prinsip-prinsip Islam dalam setiap langkah,
tingkah laku serta segala aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
tatkala satu diantara mereka (anggota komunitas) yang kemudian melakukan
kesalahan yang fatal, maka akan banyak cemohan yang akan diterima oleh anggota
komunitas tersebut. Itu disebabkan karena background yang melekat pada dirinya.
Memang pada dasarnya, tak sepantasnya untuk
seorang yang bergelut dalam dunia dakwah lalu kemudian dengan sengaja melakukan
kesalahan, hal ini disebut dengan orang yang fasik, terlebih lagi jika
diketahui ternyata ia pernah melarang seseorang untuk melakukan sesuatu yang
dipandang buruk lalu kemudian belakangan diketahui justru dia yang
melakukannya. hal demikian sungguh sangat dibenci oleh Allah seperti yang
tertera didalam Qs. As-Shaf: 2-3.
Namun, semua itu tergantung dari sudut
pandang kita. Jika kita mampu memahaminya dengan baik. pelajaran yang paling
berharga adalah tatkala kita mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Orang
yang telah memilih jalan dakwah, adalah orang yang ingin terus memperbaiki
diri, mereka bukanlah kumpulan orang-orang suci yang tak memiliki dosa. Mereka
bukan malaikat yang tidak memiliki nafsu, dan mereka bukan pula hamba Tuhan
yang ma’sum seperti layaknya kalangan Nabi dan Rasul. Tempatkan mereka pada
posisi mereka yang sesungguhnya. Yakni manusia biasa yang juga tak luput dari
khilaf serta dosa. Karena sesungguhnya, semakin tinggi tingkat iman seseorang,
maka semakin tinggi pula tingkat ujian yang akan ia lalui, dan Allah
benar-benar telah berjanji akan hal itu.
Yang sepantasnya untuk kita lakukan adalah
mengingatkan apabila satu diantara mereka telah berbuat dosa. Insya Allah jika
ia sadar bahwa apa yang ia lakukan itu adalah satu kesalahan, maka ia akan
bersegera untuk betaubat, namun jika ia telah dikuasai nafsu, maka sungguh ego
akan benar-benar menguasai fikirannya. Tak ada satupun alasan untuk kita
menghukumi seseorang atas kesalahannya. Tugas kita adalah menyampaikan dan
memperingati akan kesalahan tersebut dan mengajak kembali pada kebaikan.
Perkara ia mau sadar atau tidak, maka itu adalah hak Allah, itu adalah wilayah
kekuasaan Allah, sebab Allahlah yang pantas untuk memberikan hidayah serta
hukuman jika memang benar ia bersalah.
Allah itu maha adil saudaraku, terlebih
lagi ia maha pemaaf. Jika kita berbuat dosa, bersegeralah memohon ampun dan kembali mensucikan diri, maka
sungguh Allah akan benar-benar mengampuni kita. Tak ada dosa yang tak Allah
ampunkan selama kita tidak mengingkariNya sebagai Tuhan pemilik tubuh ini.
Percayalah, jangan ragu akan kekuasan Allah, sebab Allahlah yang kan mengatur
hidup ini menjadi lebih indah seperti apa yang kita inginkan dan kita usahakan.
Fastabiqul Khairat.
Wassalam..
Muh Azka Al-Fatih