Assalamualaikum.Wr.Wb.
Alhamdulillah
sahabat sekalian. Sampai saat ini, Allah swt masih memberikan nikmat kesehatan,
nikmat kesempatan dan juga yang paling penting adalah nikmat Iman yang sampai
saat ini masih melekat kuat dihati sanubari kita semua. Seandainya seluruh
pohon yang ada dibumi ini dijadikan sebagai pena, dan seluruh air laut
dijadikan sebagai tinta, maka sungguh semua itu tidak akan cukup untuk
menuliskan nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia.
Salam
dan shalawat tetap tercurah kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad saw. Sang advokat
sejati, sang aktor terbaik sepanjang peradaban manusia yang dengan gigihnya
memperjuangkan agama Islam sehingga panji-panji Islam mampu menggantikan
panji-panji kebatilan.
Sahabat sekalian.
Hari ini, disaat banyak orang yang terlena akan dunia yang fana dan bersifat
sementara ini, memberikan pandangan dan pertanyaan yang begitu banyaknya muncul
dalam benak saya. Ditempat ini, dibawah terangnya bulan purnama dan dinginnya
malam menerpa kulit saya berfikir untuk menuliskan sesuatu yang kiranya dapat
menyentuh hati sanubari.
Sahabat sekalian,
masihkah kita berfikir untuk jauh terlena dengan keindahan dunia. Bukankah Allah
telah menerangkan kepada kita melalui firmannya bahwa dunia ini hanya sementara
dan Negeri akhirat lah yang kekal. Firman Allah swt:
"Dan tiadalah kehidupan
dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah
yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (Surah Al-Ankabut ayat 64)
Masihkah
kita meragukan akan keabsahan dari Al-Qur’an.? saya yakin dan percaya, bahwa
umat Islam tiada satupun yang meragukan Al-Qur’an. Firman Allah diatas sungguh
sudahlah sangat jelas. Allah mengakhirinya dengan menekankan pada kalimat “kalau mereka mengetahui” dari kata ini,
dapat pula kita tarik kesimpulan bahwa sungguh manusia memang banyak yang tidak
mengetahui akan hal itu. Entah itu kaum muslim sendiri, dan juga orang-orang
kafir.
Ilustrasi keserakahan
Sahabat sekalian,
dunia ini memang Indah. Segalanya kiranya dapat memuaskan seluruh kebutuhan
diri ini. Namun yakinlah bahwa itu hanyalah sementara. Kita sadari atau tidak,
terkadang sesuatu yang kita butuhkan jika sudah terpenuhi, biasanya tidak
menjadikan kita lantas untuk berpuas diri, terkadang kita serakah. Contohnya saja
harta kekayaan. Fenomena yang terjadi, orang yang ingin kaya, jika telah
mendapatkan kekayaan, tidak akan pernah puas akan kekayaannya yang ia dapat,
bahkan kebanyakan cenderung untuk menambah kekayaannya, walau harus dengan
menghalalkan segala cara. Fenomena ini, sebenarnya bagi mereka yang berakal
sudah cukup memberikan isyarat akan dunia yang sementara ini. Bagi mereka yang
yakin akan janji Allah, pastilah akan mencoba untuk menjauhi sifat serakah yang
pastinya akan menjerumuskan dirinya jauh dari Allah.
Dalam kehidupan ini ada bertingkat-tingkat tentang kenikmatan dunia. Manusia
berlumba-lumba mengejar, hingga kepayahan, dan umurnya habis, dan
hidupnya tersungkur, hanya diarahkan mengejar kenikmatan dunia. Tak ada
kenikmatan yang sejati. Kenikmatan yang diinginkan manusia dalam kehidupan itu
hanyalah kenikmatan yang semuanya hanya ilusi. Khayalan dari manusia yang sudah
menjadi tabiat hidupnya hanya untuk kenikmatan dan kemegahan.
Ilustrasi Rasa Syukur
Ketahuilah, sesungguhnya kenikmatan yang teragung dan terbesar, yaitu kenikmatan yang dirasai sepenuhnya di hari akhirat nanti. Kenikmatan akhirat itulah yang akan membawa hamba kepada kemuliaan yang kekal. Karena itu, hakikatnya seorang mukmin, tidak mengejar kenikmatan dunia, yang tidak memiliki keuntungan apa-apa melainkan sedikit saja, dibandingkan dengan kenikmatan berupa kemuliaan disisi Allah Azza Wa Jalla.
Hakikat
seorang Mukmin adalah mensyukuri segala Nikmat Allah. Sahabat sekalian tidakkah
kita ingin dikatakan sebagai seorang mukmin yang dirahmati Oleh Allah.?
tidakkah kita patut untuk mensyukuri segala Nikmat yang saat ini masih diberikan
oleh Allah kepada kita sampai hari ini.? Tidakkah kita patut untuk mensyukuri
masih diberikan udara untuk bernafas.? Pernahkah kita meluangkan diri kita
untuk sekedar meresapi semuanya dengan berkunjung kerumah sakit. Disana kita
melihat ada seorang pasien yang harus diberikan oksigen karena tak mampu
bernafas dengan sempurna. Oksigen yang diberikan oleh pihak rumah sakit
tidaklah gratis sahabat sekalian, oksigen itu harus dibawar. Sedangkan oksigen
yang Allah berikan gratis adanya. Coba kita bayangkan, seandainya Allah meminta
bayaran dari oksigen yang diberikan-Nya seperti yang dilakukan oleh pihak rumah
sakit. Mampukah kita untuk membayarnya. Oksigen yang kita hirup terhitung semenjak
kita lahir sampai hari ini. Sungguh kita tidak akan mampu membayarnya. Dan masih
banyak lagi contoh-contoh Nikmat yang Allah berikan kepada kita. Renungi dan
resapilah. Segala sesuatu, sekecil apapun patutlah untuk kita syukuri.
Semoga bermanfaat.
Fastabiqul Khairat.
Wassalamualaikum
Wr.Wb
By:
IMMawan Muh. Andi Sugandi